Oleh : Maulidatun Nuril Fitriana
Masyarakat
Indonesia saat ini sedang dihebohkan dengan segala hal mengenai LGBT, banyak
yang mencaci maki, mencibir, mengecam, tanpa ada yang mencoba mencari solusi.
Ah, kebiasaan lama menghakimi tanpa tahu terlebih dahulu duduk permasalahannya,
tanpa mengerti apa yang membuat mereka menjadi seperti itu. Eit, bukan berarti
saya mendukung mereka. Saya menentang keras hubungan semacam itu, namun bukan
dengan berkoar menjatuhkan mereka.
Sekitar
tahun 2008
Masa-masa
terakhir saya belajar di salah satu pondok pesantren di Jombang. Banyak sekali
tugas akhir yang harus di selesaikan, dan diantaranya harus berupa print
out, wal hasil saya harus sering bolak balik ke warnet di sekitar
pesantren, mengejar tumpukan tugas karena laptop masih sangat langka masa itu,
dan larangan asrama bagi anak yang masih mengenyam bangku sekolah.
***
Anggap
saja namanya A, seorang gadis berpenampilan laki-laki penjaga salah satu warnet
di sekitar pesantren. A pernah mengenyam pendidikan MTs sejenak pulang pergi
dari rumah. Cantik sekali ketika mengenakan jilbab. Namun, karena olokan
orang-orang sekitarnya, dia enggan untuk mengenakan jilbab (lagi). Dia lebih
suka mengenakan kaos berlapis jaket dengan celana pendek menutupi lututnya. Kuku-kuku
jemarinya yang lentik tak terawat sebagaimana mestinya perempuan sangat menjaga
penampilan. Suatu hari saya pernah iseng menanyakan gimana pendidikannya
setelah putus sekolah, dia dengan santai menjawab “ aku ikut kejar paket.” Agak
lega mendengarnya. Dia masih sangat peduli dengan pendidikannya.
***
Sepulang
sekolah, tanpa sengaja saya melihat A di bopong teman-teman lelakinya.
Kepala menunduk dengan mata merah. Mabuk. Itu prediksi saya melihat keadaannya.
Seorang laki-laki cukup dewasa menunggu di pintu warnet. Melihat kedatangannya,
tampak sangat kekhawatiran menyelimuti wajahnya.
“
teko endi ae?”[1]
tanyanya.
Tak
lama kemudian mereka memasuki warnet. Usut punya usut, A kerap kali terlibat
tawuran antar lelaki, pernah suatu ketika dia bertengkar dengan seorang lelaki
karena merebutkan PEREMPUAN! Nah, ketika kita mengetahui kondisi ini, mayoritas
diantara kita akan mengecam tindakannya. Em, istilah LGBT untuk masa kini,
namun dulu belum ada istilah seperti itu. Tahu kenapa kita mengecam? Karena
kita belum pernah belajar untuk mengertikan dia, belum tahu kondisinya, belum
tahu apa penyebabnya, dan kita yang merasa manusia normal dan ta jarang merasa
sempurna akan dengan mudah mencibirnya.
Saya
yakin, mereka juga tidak menginginkan posisi itu. Mereka juga ingin menjadi
seperti kita, hidup normal dan mencintai lawan jenis. Sebagaimana yang telah di
nash oleh Allah dalam al-Qur’an bahwa diciptakan semua makhluk hidup secara
berpasangan.
Mereka
juga manusia yang lemah seperti kita, bahkan lebih lemah. Sangat lemah. Tekanan
terhadap mereka ada dimana-mana, namun tak ada yang mau dan rela membantu
mereka. Ya, mereka butuh bantuan. Sangat membutuhkannya. Mereka sedang sakit,
kita sebagai manusia yang sehat sudah seharusnya memberikan motivasi agar
mereka sembuh.
Keilmuan
kini kian canggih, bukankah tidak ada penyakit tanpa obat? Bantu mereka untuk
menempatkan diri pada kodrat masing-masing. Kita bukan manusia bodoh, yang
diberikan otak hanya untuk memikirkan cacian.
Hati-hati
!
Ketika
kita dengan mudahnya menjustifikasi mereka, lupakah kita bahwa jika
Allah berkehendak maka kita pun bisa berada di posisi mereka. Na’udzubillah.
Karena tidak ada hal yang tidak mungkin bagi Allah untuk merubah satu tragedy
ke tragedy yang lain.
Mari
bantu mereka untuk sembuh.
Lewat tengah malam
23 Feb 16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar