Kamis, 03 Maret 2016

MENCOBA BERSUARA TENTANG LGBT (semoga tak salah)

Oleh : Maulidatun Nuril Fitriana
Masyarakat Indonesia saat ini sedang dihebohkan dengan segala hal mengenai LGBT, banyak yang mencaci maki, mencibir, mengecam, tanpa ada yang mencoba mencari solusi. Ah, kebiasaan lama menghakimi tanpa tahu terlebih dahulu duduk permasalahannya, tanpa mengerti apa yang membuat mereka menjadi seperti itu. Eit, bukan berarti saya mendukung mereka. Saya menentang keras hubungan semacam itu, namun bukan dengan berkoar menjatuhkan mereka.
Sekitar tahun 2008
Masa-masa terakhir saya belajar di salah satu pondok pesantren di Jombang. Banyak sekali tugas akhir yang harus di selesaikan, dan diantaranya harus berupa print out, wal hasil saya harus sering bolak balik ke warnet di sekitar pesantren, mengejar tumpukan tugas karena laptop masih sangat langka masa itu, dan larangan asrama bagi anak yang masih mengenyam bangku sekolah.
***
Anggap saja namanya A, seorang gadis berpenampilan laki-laki penjaga salah satu warnet di sekitar pesantren. A pernah mengenyam pendidikan MTs sejenak pulang pergi dari rumah. Cantik sekali ketika mengenakan jilbab. Namun, karena olokan orang-orang sekitarnya, dia enggan untuk mengenakan jilbab (lagi). Dia lebih suka mengenakan kaos berlapis jaket dengan celana pendek menutupi lututnya. Kuku-kuku jemarinya yang lentik tak terawat sebagaimana mestinya perempuan sangat menjaga penampilan. Suatu hari saya pernah iseng menanyakan gimana pendidikannya setelah putus sekolah, dia dengan santai menjawab “ aku ikut kejar paket.” Agak lega mendengarnya. Dia masih sangat peduli dengan pendidikannya.
***
Sepulang sekolah, tanpa sengaja saya melihat A di bopong teman-teman lelakinya. Kepala menunduk dengan mata merah. Mabuk. Itu prediksi saya melihat keadaannya. Seorang laki-laki cukup dewasa menunggu di pintu warnet. Melihat kedatangannya, tampak sangat kekhawatiran menyelimuti wajahnya.
“ teko endi ae?”[1] tanyanya.
Tak lama kemudian mereka memasuki warnet. Usut punya usut, A kerap kali terlibat tawuran antar lelaki, pernah suatu ketika dia bertengkar dengan seorang lelaki karena merebutkan PEREMPUAN! Nah, ketika kita mengetahui kondisi ini, mayoritas diantara kita akan mengecam tindakannya. Em, istilah LGBT untuk masa kini, namun dulu belum ada istilah seperti itu. Tahu kenapa kita mengecam? Karena kita belum pernah belajar untuk mengertikan dia, belum tahu kondisinya, belum tahu apa penyebabnya, dan kita yang merasa manusia normal dan ta jarang merasa sempurna akan dengan mudah mencibirnya.
Saya yakin, mereka juga tidak menginginkan posisi itu. Mereka juga ingin menjadi seperti kita, hidup normal dan mencintai lawan jenis. Sebagaimana yang telah di nash oleh Allah dalam al-Qur’an bahwa diciptakan semua makhluk hidup secara berpasangan.
Mereka juga manusia yang lemah seperti kita, bahkan lebih lemah. Sangat lemah. Tekanan terhadap mereka ada dimana-mana, namun tak ada yang mau dan rela membantu mereka. Ya, mereka butuh bantuan. Sangat membutuhkannya. Mereka sedang sakit, kita sebagai manusia yang sehat sudah seharusnya memberikan motivasi agar mereka sembuh.
Keilmuan kini kian canggih, bukankah tidak ada penyakit tanpa obat? Bantu mereka untuk menempatkan diri pada kodrat masing-masing. Kita bukan manusia bodoh, yang diberikan otak hanya untuk memikirkan cacian.
Hati-hati !
Ketika kita dengan mudahnya menjustifikasi mereka, lupakah kita bahwa jika Allah berkehendak maka kita pun bisa berada di posisi mereka. Na’udzubillah. Karena tidak ada hal yang tidak mungkin bagi Allah untuk merubah satu tragedy ke tragedy yang lain.
Mari bantu mereka untuk sembuh.


Lewat tengah malam
                                                                                                            23 Feb 16




[1] “darimana saja?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar