Selasa, 24 September 2013

Alenia ke 21


Semua orang pasti memiliki memory khusus untuk menyimpan goresan skenario tuham dalam setiap alenianya.
Alenia ke 21 baru kujalani beberapa hari yang lalu. Menjelang lembaran tahun baru itu aku terlalu banyak harapan. Berkhayal, hal-hal indah akan terjadi. Namun, sebagai manusia kita memang tak seharusnya selalu berfikir akan kebahagiaan belaka. Dan hal itu yang menyadarkanku arti dari kata bersyukur.
Alenia ke 21 ku bisa terbilang lebih banyak terbayar oleh airmata. Satu waktu tertentu, yang sangat special bagiku, mendapat kado yang lumayan menggoreskan luka dihati. Goncangan batin yang disebabkan oleh amanah yang teremban, keluarga yang membutuhkan kengertian dariku, dan percikan amarah antara aku dan kekasihku.
Miris, teramat sangat miris memang, alenia ke 21 ku harus terukir kenangan yang pilu. Aku kecewa memang, namun terhadap siapa? Terhadap amanah? Tak ada yang salah dengan amanah, karena amanah itu datang dengan sendirinya. Aku tak pernah mencari amanah, namun aku berusaha menjalankan amanah dengan semaksimal mungkin. Terhadap keluarga? Hal yang tidak pantas untuk aku terapkan dalam kehidupan. Terhadap kekasihku? Setiap hubungan tak mungkin dapat menghindari gesekan pertengkaran dan gesekan itu datang tanpa mengenal waktu. Kapanpun dan dimanapun, jika memang harus terjadi, maka akan terjadi. Kekasihku tak bersalah, karena aku yakin, tak mungkin ada niat untuk melukaiku di hari jadiku. Walau rasa cinta mulai memudar, namun kadar sayangku masih tetap sama. Aku menyayanginya, aku menyayanginya, aku menyayanginya.
Dan kini aku sadar, tak seharusnya terpuruk dalam kekecewaan. Aku yang bersalah, berkhayal terlalu tinggi, mengharap hal-hal indah akan terjadi. Padahal yang seharusnya tertanam dalam hati da pikiranku adalah mensyukuri nikmat Tuhan.
Di alenia ke 21 ku, Allah masih berkenan membiarkan nafas terhembus, meski selama ini aku masih terlalu sering menyia-nyiakan nafas pemberiannya. Keimanan dan agama yang terus tercantum dalam alunan nada hariku. Dan orang-orang sekitar yang masih senantiasa ada saat aku butuh sandaran. J
Terima kasih tuhan atas segala karunia-Mu, walau Kau buka alenia ke 21 ku, dengan sedikit goncangan, namun aku berharap Kau tutup alenia ke 21 ku, dengan senyuman yang tersungging di bibirku. Dan bimbinglah aku menuju rahmat-Mu, dan tetapkanlah ridha-Mu dalam warna-warni hari menuju langkah ke 1000 sepasang senja. Amin.



5 komentar:

  1. Balasan
    1. kenapa minta maap?
      udah jalannya kok :)
      pi, tak usahain di alenia ke 23 jenengan..
      nggak bakalan gini :)
      pengen ke semeru kan?
      :)
      monggo, pi g tak dukung :)
      asalkan jenengan seneng..

      Hapus
    2. gak dimonggoin pun akan berangkat
      :)
      dan emang rencananya gag perlu ngomong
      cuman udah terbiasa pamit,
      kalau gak pamit rasanya gak enak,
      udah dilokasi selalu nyari cara biar tahu lagi dimana posisi
      sedang apa dan sama siapa,
      :)

      ya ma'af gak pernah bikin sampean seneng,
      gak tahu kalau senengnya itu dibantuin orang,
      dan dirayain orang,

      :)
      ya udah kalaiu gak perlu ma'afnya,
      dibuang saja,
      di tempat sampah terdekat
      :)

      simple kan?

      Hapus
    3. do'ane sampean terkabul,
      jalur Semeru ditutup,
      tapi kabar gembiranya
      masih ada arjuna dan welirang :)

      Hapus